Pada postingan yang lalu, kami telah kemukakan bahwa penafsiran Al Quran dengan Al Quran dan penafsiran Al Quran dengan Sunnah yang shahihlagi marfu' sampai kepada Nabi saw.adalah tidak perlu di ragukan dan diperselisihkan lagi keshahihannya. Dan keduanya adalah tafsir yang memiliki kedudukan yang tinggi. Adapun tafsiran Al Quran dengan ma'tsur dari sahabat alat tabi'in ada beberapa kelemahan dari berbagai segi:1. Campur baur antara yang shahih dengan yang tidak shahih, serta banyak mengutip kata kata yang di nisbatkan kepada Sahabat atau Tabi'in dengan tidak mempunyai sandaran dan ketentuan yang akan menimbulkan pencampur-adukan antara yang hal dan yang batil.
2. Riwayat riwayat tersebut ada yang di pengaruhih oleh cerita cerita isra'iliyyat khurafat (klenik) yang bertentangan dengan aqidah islamiyah. Dan telah ada dalil yang menyatakan kesalahan cerita cerita tersebut, hal ini di bawa masuk ke dalam kalangan umat islam dari kelompok islam yang dahulunya Ahli Kitab.
3. Di kalangan sahabat ada golongan yang ekstrim. Mereka mengambil beberapa pendapat dan membuat kebatilan kebatilan yang di nisbatkan kepada sebagian sahabat yang lain.
4. Musuh musuh islam dari orang orang zindik ada yang mengicuh sahabat dan tabi'in sebagaimana Nabi perihal sabdanya.
PENDAPAT AZ-ZARQONY DALAM KITAB MANAHIL AL-IRFAN
Ustadz Az-Zarqoni dalam kitabnya Nanahil Al-Irfan menyebutkan dengan kata kata yang begitu baik tentang tafsir dengan ma'tsur setelah beliau mengemukakan kutipan dari Imam Ahmad r.a dan Ibnu Taimiyah. Beliau berkata:"Pendapat yang paling adil dalam hal ini ialah bahwa tafsir dengan ma'tsur itu ada dua macam:
Pertama, Tafsir yang dalil dalilnya memenuhi persaratan shahih dan di terima. Tafsir yang demikian ini tidak layak untuk di vokal oleh siapapun dan tidaklah di benarkan untuk mengabaikan dan melupakan. Salah kalau dikatakan bahwa tafsir yang demikian itu tidak bisa di pakai untuk memahami Al Quran bahkan sebaliknya,tafsir tersebut adalah sarana yang kuat untuk mengambil petunjuk dari Al quran.
kedua,Tafsir yang malik sumbernya tidak shahih karena beberapa faktor (yang telah kami sebutkan ) di atas atau sebab lain. Tafsir yang demikian harus di tolak dan tidak boleh di terima serta tidak patut untuk di pelajari (diketahui). Kebanyakan mufasir (ahli tafsir) yang waspada seperti Ibnu Katsir selalu meneliti dan memperhatikan sampai dimana kebenaranya yang mereka kutip dan membuangnya yang tidak benar atau dha'if.
