Cita-cita adalah gambara dalam fikiran tentang apa yang ingin di capai dalam hidup. Setiap manusia pasti memiliki keinginan sesuatu, atau menjadi apa dalam hidupnya. Jauh sebelum keinginan dalam fikirannya apa dan siapa yang ingin digapai, misalnya gambaran tentang rumah tangga yang akan di tempuh, status sosial yang di inginkan dan seterusnya.Cita-cita merupakan implikasi dari kapasitas berfikir manusia, dan ia menjadi pembeda antara manusia dan hewan. Semenjak dulu pola hidup hewan tidak berubah karena hewan tidak berfikir, tidak bercita-cita dan tidak mengupayakan adanya perubahan. Sedangkan manusia karena ia berfikir maka selalu terangsang untuk memperoleh yang lebih baik, membuang jauh hal yang dirasa tidak menemui cita rasanya dan terus menggali hal yang baru yang dapat memuaskan jiwanya. Dalam pandangan ini maka cita-cita manusia hampir tidak pernah sama, karena cita-cita seseorang sangat tergantung kepada kapasitas dan corak jiwanya. Seorang pengasuh pesantren misalnya mempunyai cita-cita yang selaras dengan kecenderunganya pada dunia pesantren. Begitu pula sang politikus bercita-cita menjadi penguasa. Hewan karena tidak bercita-cita maka pola tingkahlakunya tidak berubah, sedang manusia pola tingkahlakunya justru di pengaruhi oleh jenis dan tingkatan cita-citanya. Orang yang bercita-cita menjadi pemimpin pastilah rajin belajar dan aktif dalam kegiatan. Orang yang bercita-cita menjadi ilmuwan pastilah jadi kutu buku.
Orang sering tidak menyadari dari nama datangnya cita-cita itu dan kapan mulai timbulnya, karena cita-cita tumbuh dengan proses kehidupan yang berkesinambungan dimana ia terlibat langsung. Ada orang yang sejak awal sudah bercita-cita tinggi, ingin menjadi politikus misalnya, tapi ada juga orang yang cita-citanya berjalan secara estafet, bermula menjadi ketua RT, kemudian bercita-cita menjadi lurah desa, setelah berhasil, ia bercita-cita lebih di atasnya dan begitu seterusnya.
