Annabawi FM
MOD_YOUTUBE_PLAYLIST_HIDE
MOD_YOUTUBE_PLAYLIST_SHOW
  • الفنان أحمد مجدي في دياب أف أم -

  • الفنان أمير شاهين في دياب أف أم -

  • الفنان شادي ألفونس في دياب أف أم -

  • Diab FM, Amr Diab's Official Online Radio دياب أف أم -

  • الفنانة ريهام حجاج في دياب أف أم -

  • الأعلامي شريف مدكور في دياب أف أم -

  • الفنان عمر السعيد في دياب اف ام -

  • الفنان محمد ممدوح في دياب أف أم -

  • الفنان محسن منصور في دياب أف أم -

  • حلقة رمزي لينير في دياب أف أم -

  • حلقة أحمد حاتم في دياب أف أم -

  • حلقة رامز أمير في دياب أف أم -

  • رامز امير يغني رصيف نمرة خمسة و قصاد عيني .. -

  • حكايتك أيه؟ - الموزع أسامة الهندي (تغطية أ .. -

  • حكايتك أيه؟ - الملحن خليل مصطفي (تغطية ألب .. -

DINAMIKA PERKEMBANGAN PESANTREN

Pesantren,jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia,merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai produk budaya pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggara pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajihan. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para santri,yang kemudian disebut pesantren. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi. Dilembaga inilah para kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar islam,khususnya menyangkut kehidupan keagamaan.
Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya sikap non-kooperatif ulama terhadap kebijakan "Politik Etis" pemerintah Belanda pada akhir abad ke-19. Kebijakan pemerintah kolonial Belanda ini dimaksudkan sebagai balas jasa kepada rakyat Indonesia dengan memberikan pendidikan moderen. Termasuk budaya barat. Namun pendidikan yang diberikan sangat terbatas. Baik dari segi jumlah yang mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan maupun dari segi tingkat pendidikan yang diberikan.
Sikap non-kooperatif para ulama itu kemudian ditujukan dengan mendirikan pesantren di daerah-daerah yang jauh dari kota untuk menghindari intervensi pemerintah kolonial serta memberikan kesempatan pada masyarakat yang belum memperoleh pendidikan. Sampai akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1860-an,jumlah pesantren mengalami peledakan yang luar biasa,terutama di jawa yang di perkirakan mencapai 300 buah.
Pada masa awal, pesantren sudah memiliki tingkat yang berbeda-beda. Tingkat pesantren yang paling sederhana hanya mengajarkan cara membaca huruf Arab dan Al-Quran. Sementara,pesantren yang agak tinggi adalah pesantren yang mengajarkan kitab Fiqih,ilmu akidah,dan amalan sufi,disamping Nahwu dan sharaf. Secara umum,tradisi intelektual pesantren baik sekarang maupun waktu itu di tentukan tiga serangkai mata pelajaran yang terdiri dari Fiqih menurut madhab Syafi'i, akidah menurut Madhab Asy'ari, dan amalan-amalan sufi dari karya Imam Al-Ghazali.
Cari umum yang dapat diketahui adalah pesantren memiliki kultur khas yang berbeda dengan budaya sekitarnya. Cara pengajarannya pun unik. Sang kyai,yang biasanya adalah pendiri sekaligus pemilik pesantren, membacakan manuskripsi-manuskripsi keagamaan klasik berbahasa Arab (kitab salaf), sementara para santri mendengarkan sambil memberi catatan (ngesahi, jawa) pada kitab yang sedang dibaca. Metode ini di sebut Bandongan atau layanan kolektif. Selain itu para santri juga ditugaskan membaca kitab, sementara kyai atau ustadz menyimak sambil mengoreksi dan mengevaluasi bacaan seorang santri. Metode ini dikenal dengan istilah Sorogan atau layanan individual. Kegiatan belajar mengajar di atas berlangsung tanpa jenjang kelas dan kurikulum yang ketat, dan biasanya dengan memisahkan jenis kelamin santri.
Perkembangan awal pesantren inilah yang menjadi cikal bakal dan tipologi unik lembaga pesantren yang berkembang hingga saat ini. Pada paruh kedua abad ke-20 kita mengamati adanya dorongan arus besar dari pendidikan ala barat yang di kembangkan oleh pemerintah Belanda dengan mengenal sistem sekolah. Di kalangan pemimpin-pemimpin Islam,kenyataan ini direspon secara positif dengan memperkenalkan sistem pendidikan berkelas dan berjenjang dengan nama "madrasah". Namun perkembangan ini tidak banyak mempengaruhi keberadaan pesantren,kecuali beberapa pesantren yang mencoba memasukan unsur-unsur pendidikan umum kedalam kurikulum pesantren.
Meskipun demikian,semua perubahan itu sama sekali tidak mencerabut pesantren dari akar kulturalnya. Secara umum pesantren tetap memiliki fungsi-fungsi sebagai:
(1) Lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama.
(2) Lembaga keagamaan yang melakukan kontrak sosial
(3) Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial.
Perbedaan tipe pesantren diatas hanya berpengaruh pada bentuk aktualisasi peran-peran ini. Fungsi pertama merupakan fungsi utama pesantren dan merupakan faktor utama orang tua mengirimkan anaknya masuk ke pesantren. Meskipun kini terdapat kecenderungan orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah umum semakin besar-dengan alasan lebih mudah memperoleh pekerjaan-,dalam kenyataannya pesantren-pesantren baru bermunculan,terutama pesantren tipe pertama. Perkembangan pesantren tipe kedua masih cukup stabil, tetapi tipe ketiga agak berkurang.